Pangarang Ahmad Tohari
Harga sewa: Rp4.200/5 hari
Ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah novel yang menceritakan kehidupan seorang ronggeng yang bernama Srintil. Novel ini berlatar tempat di Dukuh Paruk. Dukuh Paruk merupakan sebuah kampung terpencil yang merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Dawuhan. Sedangkan, latar waktunya adalah sekitar tahun 1965-an.
Novel ini menampilkan tokoh-tokoh yang antara lain: Rasus, Srintil, Kartareja dan istri, Sukarya dan istri, Dowe, Sulam, Sersan Slamet, Kopral Pujo, dan tokoh-tokoh pendukung lainnya.
Rasus, tokoh utama, yang ditampilkan oleh pengarangnya sebagai narator peristiwa-peristiwa dalam novel Ronggeng DukuhParuk. Sedangkan Srintil dan tokoh-tokoh lain serta peristiwa-peristiwa yang menyertai mereka adalah yang diceritakan oleh Rasus. Tokoh Rasus merupakan tokoh yang serba tahu akan segala peristiwa dalam cerita itu.
Alkisah, dukuh Paruk yang terkenal dengan dunia ronggeng sempat menjadi sunyi senyap. Peristiwa keracunan tempe bongrek yang terjadi secara massal menjadi penyebab mandeknya pertunjukan yang menampilkan penari yang dikenal dengan istilah ronggeng. Sebab, sejumlah ronggeng dan tokoh-tokoh pendukung dunia peronggengan tewas. Tinggal beberapa orang dan anak-anak yang tidak sempat keracunan, selamat dari maut.
Sebelas belas tahun kemudian, Srintil, yang saat peristiwa tempe bongkrek berumur lima bulan, dinobatkan menjadi seorang ronggeng. Ahmad Tohari menyoroti kehidupan calon ronggeng dan perilaku seseorang setelah menjadi seorang ronggeng. Ronggeng terakhir mereka ikut tewas dalam tragedi tempe bongkrek. Indang ronggeng telah merasuk ke tubuh Srintil, membuat Srintil menjadi seorang ronggeng sejati.
Novel karya Ahmad Tohari ini bercerita tentang perjalanan hidup tokoh Srintil yang terpilih menjadi seorang penari ronggeng di kampungnya dan bagaimana keadaan itu mengubah jalan hidupnya dan juga kekasihnya (Rasus) . Tertulis juga dalam novel itu tulis perjalanan hidup tokoh Rasus yang mencari gambaran emaknya dalam diri Srintil. Rasus menjadi agak kecewa saat mengetahui Srintil yang baru berusia 11 tahun harus menjadi seorang ronggeng. Karena apabila Srintil menjadi ronggeng maka Rasus akan tak bisa lagi bermain dengan Srintil. Bagi Rasus, menjadi ronggeng berarti Srintil harus bersedia melayani semua orang yang menginginkannya. Sejak awal dukuh Paruk disorot dari segi negatif seperti (1) kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang harus dipuja, (2) kemiskinan, (3) kemaksiatan, (4) kemalasan, dan sisi-sisi kehidupan negatif lainnya seperti sumpah serapah dan perkataan kotor lainnya.
Konon, keracunan massal dipercayai sebagai akibat murka Ki Secamenggala karena warganya mulai kendor dalam memujanya. Untuk itu, sesepuh kampung, Kartaraja dan Sukarya, senantiasa mengingatkan agar generasi mudanya untuk memberikan penghormatan terhadap arwah Ki Secamenggala. Setelah Srintil telah mencapai umur untuk dinobatkan sebagai ronggeng, semacam upacara adat dilakukan dalam rangka untuk penghormatan itu. Calon ronggeng harus mendapat restu dari arwah Ki Secamenggala.