Sabtu, 24 Desember 2011

Punk Marketing


Revolusi pemasaran sudah datang! Laermer dan Simmons dengan `kurang ajar` menyoroti perubahan yang menjungkirbalikkan hubungan antara para penjual-produk, jasa, hiburan-dan para pembelinya. Keduanya menunjukkan bahwa, untuk survive dalam bisnis, diperlukan sebuah pendekatan revolusioner yang mereka beri label `Punk Marketing`. Inilah pendekatan yang harus kita semua pahami, karena pemisahan tradisional antara perdagangan, muatan, dan konsumen dengan cepat semakin memudar.Tak pernah membosankan, kadang kontroversial, tapi selalu gila-gilaan, Punk Marketing memberikan manifesto untuk setiap pengusaha yang ingin menarik konsumen-atau untuk konsumen mana pun yang ingin memahami dan menggunakan kekuatan baru mereka.`Punk adalah... Memperkenalkan kekacauan yang terkelola ke tempat kerja untuk membebaskan cara berpikir orang.Meluangkan waktu di luar kantor untuk melakukan suatu hal yang sama sekali berbeda tapi menggairahkan, dan membiarkan pikiran Anda membuat sambungan kreatif untuk menghadapi masalah dengan cara baru.`LAERMER and SIMMONS

A House Devided: Runtuhnya Dinasti Wang

Pengarang Pearl S. Buck
Price Rp 40.000
Cucu-cucu Wang Lung, petani sederhana yang seumur hidupnya harus bekerja keras mengolah tanah, kini tinggal menikmati hasil jerih-payah kakek mereka. Anak-anak Wang sang Tuan Tanah hidup berfoya-foya di kota pantai, sementara di dalam Rumah Keluarga Wang yang seluas istana, anak-anak Wang sang Saudagar tetap hidup sesuai tradisi lama, dilayani puluhan pelayan. Tujuan hidup mereka jelas: mengumpulkan harta sebanyak mungkin.Di antara kedua gaya hidup itulah Wang Yuan, putra Wang si Macan, terombang-ambing. Sejak kecil dia tak pernah bahagia, dan tak pernah punya tujuan hidup yang jelas, sampai pada suatu hari dia dijebloskan ke penjara karena terlibat pemberontakan kaum revolusioner yang sesungguhnya tidak benar-benar dia pahami.

Wang Si Macan, Sons

Pengarang: Pearl S. Buck
RP. 45.000;

Wang si Macan makin berkuasa. Dengan penuh nafsu dan didorong oleh ambisinya yang besar, dia memperluas daerah kekuasaannya, demi cita-citanya untuk menjadi Kaisar Cina. Dengan sopan, dengan akal, dan kalau perlu dengan membunuh siapa pun yang menghalanginya.Tapi kekuasaan, harta berlimpah, serta ribuan serdadu dan rakyat yang taat padanya tak membuatnya puas.

Ada yang hilang dari dirinya sesuatu yang rasanya takkan pernah bisa diraihnya kembali sejak ayahnya mengambil Pear Blossom, gadis yang dicintainya, sebagai gundik ayahnya.Lalu dia menemukan wanita itu. Wanita cantik menarik yang tak jelas asal-usulnya, bekas gundik Leopard, kepala penyamun yang mati di tangannya. Wang si Macan tergila-gila pada wanita itu. Dia tak peduli lagi pada ambisinya. Padahal wanita itu berhati culas seperti serigala....Wang si Macan adalah buku kedua trilogi:Bumi yang SuburWang si MacanRuntuhnya Dinasti Wang

Senin, 12 Desember 2011

The Secret Adversary - Agatha Christie

Ketika kapal Lusitania ditorpedo, seorang laki-laki datang kepada Jane Finn. Laki-laki itu tampaknya takut akan sesuatu atau seseorang. Ia membawa dokumen penting, yang sangat berarti bagi Inggris. Ia meminta Jane Finn untuk menyimpannya. Setelah itu Jane Finn menghilang. Segala usaha pencarian atas dirinya sia-sia belaka. Lima tahun telah lewat. Dan perang sudah usai.

Kejadian itu sudah dilupakan orang. Tetapi kini ada bahaya baru. Dokumen itu dikhawatirkan jatuh ke tangan musuh. Kalau itu betul-betul terjadi, opini publik akan memihak kaum ekstrem revolusi. Diramalkan akan ada pemogokan kaum buruh dan teror pemerintahan. "Tuan Brown", pemimpin sebuah organisasi besar, menginginkan dokumen itu.

Dengan kelihatan seorang aktor besar, "Tuan Brown" memainkan peranannya. "Dua Petualangan Muda", Tuppence dan Thomas Beresford, secara tidak sengaja terlibat pula dalam pencarian dokumen itu. Mereka selalu bersama-sama "Tuan Brown", dekat dengannya, tapi tidak tahu siapa dia... Bahaya yang diramalkan semakin dekat. Jane Finn harus segera ditemukan. Dokumen harus diamankan. Dan setelah itu hanya ada pertunjukan tunggal. "Tuan Brown" harus segera ditangkap basah untuk dibuka kedoknya. Karena hanya dialah kunci segalanya...

A Caribbean Mystery - Agatha Christie

Agatha Christie dikenal di seluruh dunia sebagai ratu kejahatan. Novel detektifnya yang berjumlah tujuh puluh enam buah dan buku-buku ceritanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia.
Dia mulai menulis sesudah berakhirnya perang dunia pertama. Tokoh pertama ciptaannya adalah Hercule Poirot, seorang detektif Belgia bertubuh kecil dengan wajah bulat telur dan menyukai hal-hal yang teratur. Selain itu, ia juga membuat serial detektif yang mengisahkan kehidupan Miss Marple, seorang perempuan tua yang menjadi detektif tak resmi. Buku terakhir karyanya adalah serial Poirot yang berjudul Curtain: Poirot’s Last Case. Buku tersebut ditulisnya pada tahun 1975, sebelum ia meninggal pada tahun 1976.
Misteri Karibia ini merupakan salah satu novel detektif karya Agatha Christie yang mengisahkan kehidupan Miss Marple yang sudah tua. Walaupun tua, ia dikisahkan memiliki perhatian yang baik terhadap suatu kejadian. Ia pun memiliki daya pikir yang tajam. Hanya saja, seperti kebanyakan lansia, ia terkadang juga melupakan sesuatu.
Novel ini menceritakan pengalaman liburan Miss Marple selama masa penyembuhan penyakit rematiknya yang sering kambuh karena terlalu banyak kegiatan. Keponakannya menyarankan untuk berlibur ke sebuah pulau di Karibia, Trinidad. Di sana, Miss Marple menginap di Hotel Golden Palm, St. Honore, yang dikelola oleh pasangan Tim dan Molly Kendal serta pelayan mereka, Victoria Johnson.
Pada suatu hari, Miss Marple mendengarkan penuturan Mayor Palgrave, penghuni hotel lainnya, mengenai masa lalunya sebagai tentara. Mayor Palgrave juga menceritakan kisah pembunuhan istri oleh suami, dan menawarkan kepada Miss Marple untuk melihat foto yang dicurigainya sebagai pembunuh. Namun sayang, hal itu dibatalkannya tatkala melihat seseorang yang datang ke arahnya, tepat di belakang Miss Marple. Miss Marple merasa curiga, membalikkan tubuhnya, namun ia melihat ada beberapa orang yang berseliweran di sana, dan ia tak bisa menebak siapa penyebabnya.
Kecurigaan Miss Marple bertambah ketika keesokan harinya, secara tak terduga Mayor Palgrave ditemukan dalam keadaan meninggal. Berdasarkan desas-desus, dikabarkan Mayor meninggal akibat tekanan darah tinggi. Miss Marple mencoba mencari foto pembunuh yang diceritakan Mayor, namun ia tidak menemukannya. Berdasarkan keterangan yang diperolehnya dari bertanya sana-sini, ia mengetahui bahwa Victoria sempat memergoki seseorang pada malam menjelang kematian Mayor. Namun, sebelum ia sempat berbincang-bincang dengan Victoria, pelayan hotel tersebut tewas tertusuk pisau. Mayatnya ditemukan Molly, yang sebetulnya jiwanya sedang goyah, di semak-semak. Kematian pelayan setianya membuatnya shock setengah mati hingga ia tampak linglung. Yang membingungkan, koki hotel bersaksi bahwa sebelumnya Molly sempat keluar hotel dengan membawa pisau.
Miss Marple mencoba mencari keterangan mengenai Molly dari Tuan Rafiel, jutawan yang setiap tahun berlibur dan menginap di Hotel Golden Palm. Ia dan Tuan Rafiel sempat beradu argumentasi, namun pada akhirnya ia menemui jalan buntu kembali.
Miss Marple kemudian menjenguk Molly, yang oleh dokter dianjurkan untuk beristirahat. Miss Marple mengajak Molly untuk berbicara, dan Molly mengungkapkan beberapa hal mengenai dirinya. Molly bercerita, ia sering bermimpi buruk kala tidur, seperti ada orang yang selalu mengejarnya. Karena itu, tiap malam ia sering terbangun dan lebih memilih jalan-jalan daripada tidur. Ia juga bercerita bahwa sering tak sadarkan diri, dan lupa mengenai apa yang baru saja dilakukannya.
Miss Marple melanjutkan penyelidikannya. Ia bertanya pada Joan Prescott, penduduk asli St. Honore, juga kepada Evelyn dan Lucky, ilmuan yang telah berada di St. Honore selama empat tahun untuk meneliti tumbuhan. Ia mendapatkan beberapa keterangan baru. Diantaranya mengenai keluarga Kendal, bahwa keluarga tersebut baru setahun mengambil alih pengelolaan hotel dari pemilik lama yang sudah tua. Tim dan Molly mencurahkan segala yang mereka punya untuk mengembangkan bisnis mereka. Namun di balik itu, sebelum menikah dengan Tim, Molly sempat berhubungan dengan seorang lelaki berandalan. Informasi tersebut bukannya membuat permasalahan semakin jelas, malah semakin membingungkan Miss Marple.
Tengah malam, Miss Marple terbangun dan berjalan-jalan keluar hotel. Ia melihat kerumunan orang di muara sungai. Rupanya di sana ada seorang wanita yang diduga bunuh diri. Miss Marple terkejut ketika mengetahui bahwa wanita tersebut adalah Molly. Beberapa orang pergi untuk memberi tahu polisi. Miss Marple mengamati mayat Molly lebih teliti. Ia mendapati bahwa mayat tersebut bukan mayat Molly, melainkan Lucky yang mirip dengan Molly.
Miss Marple memutar otak, menggabungkan informasi yang telah ia peroleh. Ia tersadar, Lucky tidak bunuh diri, melainkan terbunuh secara tak sengaja. Sekarang ia tahu siapa pelaku pembunuhan beruntun yang membayangi kehidupan St. Honore selama ini. Dan ia juga tersadar bahwa Molly yang asli sedang berada dalam keadaan bahaya. Ia meminta bantuan Tuan Rafiel, dan walaupun dengan susah payah, si pembunuh akhirnya tertangkap.
Kisah yang diuraikan dalam alur maju dengan beberapa kali flashback ini cukup mengasyikkan untuk dibaca. Di dalamnya, banyak hal-hal tak terduga yang terjadi, antara lain mengenai karakter tokoh yang sulit ditebak, dan juga pelaku pembunuhan yang misterius. Setiap babak selalu memunculkan hal-hal yang baru, sehingga dapat membangun suasana yang berbeda-beda.
Cerita ini menggunakan bahasa percakapan sehari-hari yang dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca. Istilah-istilah khusus hanya dipakai sesekali dalam cerita. Hanya saja, kadang tokoh cerita menyampaikan sesuatu dengan kalimat yang panjang, seperti pada dialog antara Miss Marple dan Tuan Rafiel, sehingga membosankan pembaca.
Pembaca juga diajak berpikir dengan membaca cerita ini. Dimana terjadi pembunuhan pada orang yang dikenal oleh tokoh utama. Lewat pembicaraan antar tokoh dan monolog yang disampaikan Miss Marple, pembaca dipaksa secara halus untuk berpikir dan memecahkan teka-teki siapa pelaku pembunuhan di St. Honore.
Keseluruhan cerita diuraikan begitu mendetail. Pembicaraan-pembicaraan antar tokoh diuraikan dengan begitu gamblang, bahkan basa-basi panjang yang tidak begitu penting pun turut disertakan. Hal ini tentunya sedikit banyak dapat mempengaruhi jalan cerita karena dapat membingungkan dan mengganggu konsentrasi pembaca.
Selain itu, pada permulaan cerita, begitu banyak tokoh yang dimunculkan. Hal ini menyulitkan pembaca untuk memahami cerita, karena setiap tokoh yang dimunculkan tidak langsung menunjukkan posisi dan perannya dalam cerita. Ada tokoh yang sangat menarik perhatian, seperti Mayor Palgrave, namun jalan ceritanya terputus karena diceritakan meninggal dunia. Ada tokoh yang jarang tampak, kadang muncul kadang tenggelam, namun memiliki peran penting seperti Molly Kendal. Namun demikian, hal-hal tersebut juga membawa manfaat. Cerita menjadi semakin misterius dan sulit untuk ditebak.
Novel ini amat cocok untuk dibaca oleh orang yang suka berpikir aktif dan menyenangi hal-hal yang misterius. Sebaliknya, sangat tidak cocok bagi penggemar cerita-cerita ringan untuk membaca novel ini. Sebab novel ini banyak menuntut pembaca untuk memutar otak mengenai peran tokoh cerita di awal kemunculan, maupun di akhir cerita. Selain itu, tokoh yang cukup banyak menuntut pembaca untuk memiliki ingatan yang baik. Karena bila tidak, kita harus membolak-balik halaman demi halaman untuk mencari tahu apa yang telah dikerjakan oleh seorang tokoh sebelum terjadinya suatu tragedi. Apapun kekurangannya, novel ini mampu melatih pikiran pembaca untuk menjadi aktif dan kritis, serta serta teliti dalam menganalisis suatu informasi.

Kaleidoscope (Kaleidoskop) - Danielle Steel

PRICE: 40.000 (NEW)
Dalam Perang Dunia II di Paris, Sam Walker dan Solange bertemu. Mereka menikah dan dianugerahi tiga putri cantik. Karier Sam sebagai aktor drama terkenal menghancurkan kehidupan rumah tangganya. Puncaknya Solange mati di tangan Sam dalam suatu pertengkaran sengit, dan Sam dipenjara. Sahabat Sam, Arthur, menitipkan ketiga anak mereka, Hilary, Alexandra, dan Megan di rumah kakak perempuan Sam yang kehidupannya kacau. Selanjutnya mereka terpisah dari kehidupan mereka masing-masing. Saat menjelang ajal, Arthur meminta jasa seorang pangacara, John Chapman, untuk menelusuri ketiga kakak-beradik tersebut dan mempertemukan mereka semua dengannya. Sementara Hilary, yang terlanjur akan kepedihan hidupnya yang berkepanjangan, begitu membenci Arthur.

Catatan Hati di Setiap Sujudku

Mengapa dia berharap kepada selain Aku ketika dirinya sedang berada dalam kesulitan?
Padahal sesungguhnya kesulitan itu berada di tangan-Ku dan hanya Aku yang dapat menyingkirkannya.
Mengapa dia berharap kepada selain Aku dengan mengetuk pintu-pintu lain padahal pintu-pintu itu tertutup?
Padahal, hanya pintu-Ku yang terbuka bagi siapa pun yang berdoa memohon pertolongan dari-Ku... (hadist qudsi)

Di setiap udara yang kau temukan
Di sana akan kau jumpai Allah
Yang senantiasa mendengar doamu...




Endorsment:

- I have to say ... that it is fantastic how Asma Nadia writes and touches the readers' feeling, it is not a common "gift"..[smile]. It reminds me of one of my favorite classic writers: Jane Austen (author of the famous "Pride and Prejudice"), who had always tried to write "from her heart" and showed the very high spirit of a well-educated young woman. (Dr. rer. nat. Kartika Senjarini)

- Membaca Catatan Hati di Setiap Sujudku seperti menyusuri lorong-lorong keajaiban-Nya. Membuat saya menangis dan bersujud lebih dalam (Ariesta Sabila, seorang istri)

- Inspirasi dan semangatnya sedikit mengingatkan saya akan buku La Tahzan yang fenomenal itu (Helvy Tiana Rosa)