Selasa, 28 September 2010

Lukisan Hujan



A novel by Sitta Karina.

Aku tertarik baca buku Sitta Karina since aku follow dia di twitter (@sittakarina) dan aku juga baru tahu kalau dia novelis spesialis di bidang teenlit. Karena banyak yang bilang bagus, maka kuberanikan diri untuk minjem satu bukunya yang berjudul Lukisan Hujan.

here's the review (cover belakang)

Amor es mentira. [cinta itu bohong] 

Lengkap sudah hidup Diaz Hanafiah kini. Setelah selama ini merasa minder di antara sepupu-sepupunya yang kaya, berada, dan bagian dari socialité Jakarta, sekarang malah dikhianati oleh pacarnya sendiri, Anggia. 

Lalu datang Sisy. Mungil, cantik, dan masih SMA pula! 
Seperti siraman air dingin yang menyejukkan sekaligus mengejutkan, begitulah kehidupan sehari-hari keduanya sejak awal pertemuan mereka di tengah hujan. 

Diaz, si workaholic berdarah Indonesia-Meksiko yang dingin ini, tidak pernah menyangka dirinya dapat lebih menikmati hidup dengan hubungan ‘abang-adik’-nya bersama Sisy. Namun, ia masih teringat Anggia. Terbelenggu oleh rasa kangen dan sakit hatinya yang terasa belum tuntas. Mungkinkah bisa menjadi cowok seperti yang Anggia inginkan, apabila ia dapat berlatih dan membiasakan diri berteman dengan wanita--salah satunya dengan menjadi abangnya Sisy? Tetapi, mengapa dirinya malah tidak terima saat Igo, sahabatnya sendiri, mendekati si SMA mungil ini? 

Terjebak dalam perasaan yang saling-silang, Diaz dan Sisy berusaha menempuh proses penjajakan dan pendewasaan di antara mereka berdua yang penuh lika-liku problema masa muda, sampai di saat keduanya harus memilih dan membuktikan... love is such unselfish thing!

***

Kesan pertama, sebenernya dari 5 halaman awal aku agak ilfil baca novel ini. Kenapa ya, mungkin karena klan Hanafiah yang aku pikir sangat ngga cocok sama yang ada di pikiranku (waktu itu aku lagi sering mikirin tentang kemiskinan negeri ini) dan tiba-tiba di sodorin cerita tentang sebuah keluarga kaya raya yang anak-anaknya sudah jadi semacam putra-putri mahkota pewaris perusahaan bernilai milyaran dollar. Ugh, such meaningless to me. Tapi kemudian aku bertekad untuk membaca buku ini sampai akhir dengan cara membersihkan pikiran dari asumsi-asumsi jelek, dan taraaaa... akhirny selesai juga.

Walaupun ngga bisa dibilang 100% menikmati alurnya yang serba kebetulan itu, sebenernya buku ini cukup bagus buat anak-anak remaja kaya SMP dan SMA, karena sangat menjual mimpi; mengenai cowok ganteng, keren, pinter, jago aikido, dan tajir. Tentu aja, siapa sih remaja cewe yang ngga bakal jatuh cinta sama tokoh yang cool, setia, sedikit romantis, dan bisa diandalkan kaya gini?. 

Kelebihan dari novel ini menurutku terletak pada penggambaran detil tiap peristiwa romantis yang terjadi antara Sisy-Diaz, jadi selayaknya menonton film remaja. Selain itu, percakapan dan pemikiran yang dewasa yang banyak disisipkan di dalam cerita juga bagus untuk pembelajaran bagi pembaca novel teenlit, ngga membodohi.

Ada beberapa hal yang menurutku agak ganggu :

1. Yah, keluarga Hanafiah dan segala kebesarannya itu. Mungkin kalo di dunia nyata udah kaya keluarga bakrie gitu mungkin ya, tapi ya itu lah menurut aku agak "langit" ..

2. Karakter Sisy yang kecil, imut, pembawa energi postif dan kayanya disukain siapa aja.. kaya ngga punya kekurangan, dan terkesan angel banget.. walaupun digambarin kaya anak SMA dengan segala macam aksesoris dan kebiasaan nangis, tapi kayanya ngga sgitunya deh..

3. Banyak banget merk dagang, tempat nongkrong, dan mal-mal orang kaya yang disebutkan di hampir tiap halaman. Duh, kesannya ni glamour banget. Ya iya sih emang latar belakang ceritanya sendiri udah Hanafiah, tapi di situ diceritain kalau Diaz tuh hidupnya sederhana, tapi aku masih belum bisa nangkep sederhana di sebelah mananya; selain adegan Diaz yang makan di restoran padang sederhana. Selain itu ngga ada.

4. Aku agak sedikit terganggu dengan tata bahasanya. Ngga tahu kenapa, ngga begitu lancar dibaca. Kaya misalnya kata "ngga" dan kata "tidak" terdapat pada satu kalimat. Jadi ini yang bener mau pake bahasa formal atau infromal? kaya ngga konsisten. selain itu juga banyak yang tadinya bilang "Gue-Lo" jadi berubah "aku-kamu" atau "kau-saya". Ngga enak dibaca dan diucapkan menurutku.

5. Mimpi banget. hahhaa..

Udah ah, nyela mulu daritadi ya.. Sebenernya aku salut sama Sitta Karina yang berjuang agar Teenlit pun bisa dipandang sebagai sebuah karya sastra, bukan hanya sebagai bacaan remaja yang ecek-ecek, dan usaha itu cukup kelihatan di novel ini. Tapi tetep aja, bagi yang susah untuk "kembali" lagi ke masa romantisnya SMA, kayanya agak susah deh untuk menilai bahwa cerita se"mimpi" ini cukup bagus dan layak dinikmati.

Tapi, selamat membaca ya...!

p.s semua cercaan tadi 100% pendapat pribadi, belum tentu juga orang lain bakal bilang yang sama, dan belum tentu juga aku bisa bikin karya sebagus itu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar